Jumat, 30 Desember 2011

BIOGRAFI RAFITA

Nama ku Rafita Rani Marenti,, biasa dipanggil fita.. Aku anak pertama dari 3 bersaudara.. Dilahirkan diLirik tanggal 05 maret 1992.. Awal aku mengenyam pendidikan,, aku mengikuti Taman Kanak-Kanah (TK) didekat rumah ku selama 2 tahun,, nol kecil dan nol besar,, saat itu umurku 4 tahun.. Diumurku yang ke 6 aku masuk SD Muhammadiyah 047,, alhamdulillah aku selalu masuk 5 besar,, naik turun gak menentu,, tapi nilai aku terus naik.. Aku lanjutkan study ku di SMP N 1 LIRIK selama 3 tahun aku menyelesaikannya,, lanjut ke SMA N 1 LIRIK,, dan disana masa indah remaja ku bersemi.. Dan banyak pengalaman manis dan pahit mengenai cinta disana..Tamat dari SMA pikiran ku bercabang ntah kemana,, aku gak tau tujuan aku kemana?? Aku daftar disalah satu sekolah tinggi dibatam,, dan diterima,, namun karena pacar dan keluarga aku memutuskan dipekan baru saja,, agar tidak jauh dari mereka.. kini aku mengenyam pendidikan S1 ku,, semoga aku selesai dengan cepat,, buat orang tua bangga dan dapat segera bekerja untuk membantu orang tua ku.. semoga cita-cita ku terkabul.. amin

KRITIK TERHADAP FKIP DAN UIR

Kritik terhadap FKIP

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan..

FKIP,, menyenangkan dan mengasyikan dimasa awal duduk dibangku kuliah,, tapi semakin keatas semua semakin berat.. Dosen-dosen nya pun banyak yang ribet.. Pelit nilai.. Gak on time.. Gak nyambung kalo ngajar.. uuuuuuuuugh,, pokoknya banyak deh yang buat aku jadi putus asa.. Semester yang lalu,, aku udah berusaha banget buat belajar dengan maksimal,, eeeeeh nilai na dikasih c,, sakiiiit ati,, ada juga dikasih b disamain sama orang-orang yang enggak jawab tu soal,, gimana coba penilaian tuh dosen coba?? gak adil banget.. jadilah dosen yang baik dan bijaksana agar tidak dikutuk sama mahasiswa/i nya.. ini pelajaran juga buat aku,, supaya aku dikedepannya bisa lebih bijak dan yang jelas gak disumpahin para peserta didik.. amiiin.. 



Kritik Terhadap UIR

Universitas Islam Riau
Tempat aku menimbah banyk ilmu,, aku suka dengan suasana dikampus UIR.. tapi,, ada yang buat kesel juga dikampus,, lahan parkir yang kurang memadai.. Ribet lah kalo parkirnya tuh kayak gitu,, kemarin pake kartu pass,, sekarang gak.. bagusan pake kartu pass bisa menyulitkan para pencuri motor.. sekarang kan gak ada lagi kartu pass nya tu,, apalah jadinya kerja scurity tu.. tingkat keamanan dikampus juga belum baik dan maksimal karena masih banyak mahasiswa/i yang kehilangan motor nya.. semoga aku gak menjadi korbannya.. amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinn.. saran aku,, pasanglah kunci ganda..

KRITIK TERHADAP PROGRAM STUDI

Program study Bahasa dan Sastra Indonesia.. 

Diangap sepele oleh banyak orang,, mereka tidak tau betapa sulit dan ribet nya mempelajari nya.. hhhhhhhh,, sebenarnya bahasa indonesia adalah kunci dari semua program studi.. Dengan tidak mantapnya berbahasa maka seseorang tidak bisa dikatakan berwibawa dan berpendidikan.. Maka bahasa dikatakan sangat penting.. Disini masih banyak ilmu yang saya dapat selama mengenyam diprogram study bahasa indonesia.. Ternyata sangat banyak pembagian-pembagian dan jenis-jenis dari bahasa itu sendiri.. cara pengucapan bunyi sekali pun terdapat aturan nya.. Lebih mendetail dijelaskan lewat mata kuliah fonologi.. Sedikit pun aku tidak menyesal memilih jurusan ini,, karena orang yang meremehkan aku,, belum tentu dia lebih baik dari aku.. percaya akan kemampuan diri dan ikuti pilihan hati..

PANDANGAN PENDIDIKAN SECARA UMUM

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Filosofi pendidikan

Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."[rujukan?]
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

Fungsi pendidikan

Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
  • Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
  • Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
  • Melestarikan kebudayaan.
  • Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.
  • Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
  • Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
  • Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
  • Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
  • Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
  • Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
  • Menjamin integrasi sosial.
  • Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
  • Sumber inovasi sosial.

MATERI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN "ADMINISTRASI PENDIDIKAN"

Dalam pembahasan ini, konsep administrasi dipandang sama dengan konsep Manajemen. Manajemen Pendidikan terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan pendidikan, secara sederhana manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai manajemen yang diterapkan dalam bidang pendidikan dengan spesifikasi dan ciri-ciri khas yang berkaitan dengan pendidikan. Oleh karena itu pemahaman tentang manajemen pendidikan menuntut pula pemahaman tentang manajemen secara umum. Berikut ini akan dikemukakan tentang makna manajemen.
1. Konsep Administrasi/Manajemen
Dari segi bahasa management berasal dari kata manage (to manage) yang berarti to conduct or to carry on, to direct” (Webster Super New School and Office Dictionary), dalam Kamus Inggeris Indonesia kata Manage diartikan “Mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola”(John M. Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggeris Indonesia) , Oxford Advanced Learner’s Dictionary mengartikan Manage sebagai “to succed in doing something especially something difficult….. Management the act of running and controlling business or similar organization” sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Manajemen diartikan sebagai “Prose penggunaan sumberdaya secara efektif untuk mencapai sasaran”(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Adapun dari segi Istilah telah banyak para ahli telah memberikan pengertian manajemen, dengan formulasi yang berbeda-beda, berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian manajemen guna memperoleh pemahaman yang lebih jelas.
Tabel 2.1.
Pendapat Pakar tentang Manajemen/Administrasi
No
Pengertian Administrasi/manajemen
Pendapat
1.
The most comporehensive definition views management as an integrating process by which authorized individual create, maintain, and operate an organization in the selection an accomplishment of it’s aims
(Lester Robert Bittel (Ed), 1978 : 640)
2.
Manajemen itu adalah pengendalian dan pemanfaatan daripada semua faktor dan sumberdaya, yang menurut suatu perencanaan (planning), diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja yang tertentu
(Prajudi Atmosudirdjo,1982 : 124)
3.
Management is the use of people and other resources to accomplish objective
( Boone& Kurtz. 1984 : 4)
4.
.. management-the function of getting things done through people
(Harold Koontz, Cyril O’Donnel:3)
5.
Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindsakan-tindakan : Perencanaan, pengorganisasian, menggerakan, dan poengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia serta sumber-sumber lain
(George R. Terry, 1986:4)
6.
Manajemen dapat didefinisikan sebagai ‘kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain’. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa manajemen merupakan alat pelaksana utama administrasi
(Sondang P. Siagian. 1997 : 5)
7.
Management is the process of efficiently achieving the objectives of the organization with and through people
De Cenzo&Robbin
1999:5
dengan memperhatikan beberapa definisi di atas nampak jelas bahwa perbedaan formulasi hanya dikarenakan titik tekan yang berbeda namun prinsip dasarnya sama, yakni bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan adalah dalam rangka mencapai suatu tujuan dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada, sementara itu definisi nomor empat yang dikemukakan oleh G.R Terry menambahkan dengan proses kegiatannya, sedangkan definisi nomor lima dari Sondang P Siagian menambah penegasan tentang posisi manajemen hubungannya dengan administrasi. Terlepas dari perbedaan tersebut, terdapat beberapa prinsip yang nampaknya menjadi benang merah tentang pengertian manajemen yakni :
1. Manajemen merupakan suatu kegiatan
2. Manajemen menggunakan atau memanfaatkan pihak-pihak lain
3. Kegiatan manajemen diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
Setelah melihat pengertian manajemen, maka nampak jelas bahwa setiap organisasi termasuk organisasi pendidikan seperti Sekolah akan sangat memerlukan manajemen untuk mengatur/mengelola kerjasama yang terjadi agar dapat berjalan dengan baik dalam pencapaian tujuan, untuk itu pengelolaannya mesti berjalan secara sistematis melalui tahapan-tahapan dengan diawali oleh suatu rencana sampai tahapan berikutnya dengan menunjukan suatu keterpaduan dalam prosesnya, dengan mengingat hal itu, maka makna pentingnya manajemen semakin jelas bagi kehidupan manusia termasuk bidang pendidikan.
2. Konsep Administrasi/Manajemen Pendidikan
Setelah memperoleh gambaran tentang manajemen secara umum maka pemahaman tentang manajemen pendidikan akan lebih mudah, karena dari segi prinsip serta fungsi-fungsinya nampaknya tidak banyak berbeda, perbedaan akan terlihat dalam substansi yang dijadikan objek kajiannya yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah pendidikan.
Oteng Sutisna (1989:382) menyatakan bahwa Administrasi pendidikan hadir dalam tiga bidang perhatian dan kepentingan yaitu : (1) setting Administrasi pendidikan (geografi, demograpi, ekonomi, ideologi, kebudayaan, dan pembangunan); (2) pendidikan (bidang garapan Administrasi); dan (3) substansi administrasi pendidikan (tugas-tugasnya, prosesnya, asas-asasnya, dan prilaku administrasi), hal ini makin memperkuat bahwa manajemen/administrasi pendidikan mempunyai bidang dengan cakupan luas yang saling berkaitan, sehingga pemahaman tentangnya memerlukan wawasan yang luas serta antisipatif terhadap berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat disamping pendalaman dari segi perkembangan teori dalam hal manajemen/administrasi.
Dalam kaitannya dengan makna manajemen/Administrasi Pendidikan berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian manajemen pendidikan yang dikemukakan para ahli. Dalam hubungan ini penulis mengambil pendapat yang mempersamakan antara Manajem

MATERI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN "PENDIDIKAN KARAKTER"

Pengertian Makna Pendidikan Karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

Pengertian Makna Pendidikan Karakter Sekolah

Dalam pengertian makna pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Makna Pendidikan Karakter dan Penyesuaian Upaya Peningkatan

Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur,  jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan.
Pengertian makna pendidikan karakter atau konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik  (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut. Semoga anda sedikit mendapatkan gambaran tentang pengertian makna pendidikan karakter

MATERI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN "BELAJAR DAN MASALAH-MASALAH DALAM BELAJAR"

Masalah-masalah Belajar adalah segala masalah yang terjadi selama proses belajar itu sendiri

Masalah-masalah belajar tetap akan dijumpai. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis, sehingga perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa.

Masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah, sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya sering kali berkaitan dengan pengorganisasian belajar.

A.        Faktro Internal

1.         Ciri Khas/Karekteristik Siswa

Dapat dilihat dari kesediaan siswa untuk mencatat pelajaran, mempersiapkan buku, alat-alat tulis atau hal-hal yang diperlukan. Namun, bila mana siswa tidak memiliki minat untuk belajar, maka siswa tersebut cenderung mengabaikan kesiapan belajar.

2.         Sikap Terhadap Belajar

Sikap siswa dalam proses belajar, terutama sekali ketiak memulai kegiatan belajar merupakan bagian penting untuk diperhatikan karena aktivitas belajar siswa banyak ditentukan oleh sikap siswa ketika akan memulai kegiatan belajar. Namun, bila lebih dominan sikap menolak sebelum belajar maka siswa cenderung kurang memperhatikan atau mengikuti kegiatan belajar.



3.         Motivasi Belajar

Di dalam aktivitas belajar, motivasi individu dimanfestasikan dalam bentuk ketahanan atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak, mengerjakan tugas dan sebagainya. Umumnya kurang mampu untuk belajar lebih lama, karena kurangnya kesungguhan di dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu, rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar yang memberikan dampak bagi ketercapaianya hasil belajar yang diharapkan.

4.         Konsentrasi Belajar

Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajar tentu memerlukan waktu yang cukup lama, di samping menuntut ketelatenan guru.

5.         Mengelolah Bahan Ajar

Siswa mengalami kesulitan di dalam mengelolah bahan, maka berarti ada kendala pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru. Bantuan guru tersebut hendaknya dapat mendorong siswa agar memiliki kemampuan sendiri untuk terus mengelolah bahan belajar, karena konstruksi berarti merupakan suatu proses yang berlangsung secara dinamis.

6.         Menggali Hasil Belajar

Bagi guru dan siswa sangat penting memperhatikan proses penerimaan pesan dengan sebaik-baiknya terutama melalui pemusatan perhatian secara optimal. Guru hendaknya berupaya mengaktifkan siswa melalui pemberian tugas, latihan, agar siswa mampu meningkatkan kemampuan dalam mengolah pesan-pesan pembelajaran.

7.         Rasa Percaya Diri
Salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran adalah rasa percaya diri. Rasa percaya diri umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di dalam suatu aktivitas tertentu di mana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkannya. Hal-hal ini bukan merupakan bagian terpisah dari proses belajar, akan tetapi merupakan tanggung jawab yang harus diwujudkan guru bersamaan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

8.         Kebiasaan Belajar

Adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukan.
•           Ada beberapa bentuk kebiasaan belajar yang sering dijumpai :
a)         belajar tidak teratur
b)         daya tahan rendah
c)         belajar hanya menjelang ulangan atau ujian
d)         tidak memiliki catatan yang lengkap
e)         sering datang terlambat, dan lain-lain

Jenis-jenis kebiasaan belajar di atas merupakan bentuk-bentuk perilaku belajar yang tidak baik karena mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh.

B.        Faktor-faktor Eksternal Belajar

1.         Faktor Guru
Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan informasi, melainkan juga mendorong para siswa untuk belajar secara bebas dalam batas-batas yang ditentukan sebagai anggota kelompok.
Bilamana dalam proses pembelajaran, guru mampu mengaktualisasikan tugas-tugas guru dengan baik, mampu memotivasi, membimbing dan memberi kesempatan secara luas untuk memperoleh pengalaman, maka siswa akan mendapat dukungan yang kuat untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, namun jika guru tidak dapat melaksanakannya, siswa akan mengalami masalah yang dapat menghambat pencapaian hasil belajar mereka.

2.         Lingkungan Sosial (Teman Sebaya)

Lingkungan sosial dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap siswa. Contoh seorang siswa bernama Rudi yang terpengaruh teman sebayanya dengan kebiasaan rekan-rekannya yang baik, maka akan berdampak positif dan sebaliknya.
Pada sisi  lain lingkungan sosial dapat memberikan pengaruh yang positif bagi siswa. Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman sebayanya yang mampu memberi motivasi kepadanya untuk belajar.

3.         Kurikulum Sekolah

Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai rangka atau acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Seluruh aktivitas pembelajaran, maka dipastikan kurikulum tidak akan mampu memenuhi tuntunan perubahan di mana perubahan kurikulum pada sisi lain juga menimbulkan masalah, yaitu :
(a)        tujuan yang akan dicapai berubah
(b)        isi pendidikan berubah
(c)        kegiatan belajar mengajar berubah
(d)       evaluasi belajar

4.         Sarana dan Prasarana

Ketersediaan prasarana dan sarana pembelajaran berdampak pada terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif. Terjadinya kemudahan bagi siswa untuk mendapatkan informasi dan sumber belajar yang pada gilirannya dapat mendorong berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu sarana dan prasarana menjadi bagian yang penting untuk tercapainya upaya mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan.

C.        Mengenal dan Mengatasi Belajar Siswa

Agar bimbingan dapat lebih terarah dalam upaya menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut :

a.         Indentifikasi
Adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan melakukan : 

  1. Data dokumentasi hasil belajar mereka 
  2. Menganalisis absensi siswa di dalam kelas 
  3. Mengadakan wawancara dengan siswa  
  4. Tes untuk memberi data tentang kesulitan belajar atau permasalahan yang sedang dihadapi

b.         Diagnosis
Adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengelolaan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
•  Keputusan mengenai hasil kesulitan belajar siswa
•  Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar

c.         Prognosis
Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa.

d.         Terapi
Terapi di sini adalah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk terapinya antara lain :
•   Bimbingan belajar kelompok
•   Bimbingan belajar individu
•   Pengajaran remedial
•   Pemberian bimbingan pribadi
•   Alih tangan kasus

e.         Tindak Lanjut
Adalah usaha untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjut yang didasari evaluasi.

  1. A. Pendahuluan
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yng dimkili menjadi kompetensi sesuai dengan cita-citanya. Program pendidikan dan pembelajaran seperti yang berlangsung saat ini oleh karenanya harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada invidu peserta didik.

Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahman pendidik tentang karakteristik individu.
Jerold E. Kemp dan kawan-kawan mengemukakan (1996) beberapa karakteristik individu siswa yang perlu difahami antara lain :
  • Age and maturity level
  • Motivation and attitude toward subject
  • Expectation and vocational level
  • Special Talent
  • Mechanical Dexterity
  • Ability to work under various enviro condition.
Salah satu karakteristik  penting dari individu yang perlu difahami oleh guru sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi terhadap kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif yaitu siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengebangkan secara optimal pternsi yang aa pada dirinya. Akibat penanganan salah seperti yang dilakukan oleh sistem persekolahan saat ini kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang. Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka secara optimal.
Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardnerseorang professor psikologi dari Harvard University – akan dijadikan acuan untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu. Tulisan ini bertujuan untuk membahas dan lebih memahami tentang upaya yang perlu dilakukan oleh guru dan pendidik dalam membantu memfasilitasi pengembangan potensi individu peseta didik.
  1. B. Siswa adalah Individu yang Unik
Pada dasarnya siswa adalah individu yang unik. Setiap siswa memiliki potensi dan kemempuan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Tidak semua individu memilki profil intelegensi yang sama. Setiap individu juga memilki bakat dan minat belajar yang berbeda-beda.
Pada era membanjirnya informasi dan pengetahuan seperti yang terjadi sekarang ini tidak semua individu harus mempelajari semua informasi. Setiap individu harus bersifat selektif dalam menentukan keterampilan dan pengetahuan yang akan dipelajari. Individu harus memilki pilihan untuk memilih apa yang ingin dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.
Setiap siswa memang memiliki potensi yang berbeda – beda dan memilki pilihan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, namun ada beberapa pengetahuan dan kerterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh siswa setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah yaitu kemampuan atau kompetensi dalam bidang :
  • Bahasa (linguistic)
  • Matematika (math)
  • Ilmu Pengetahuan Sosial (social sciences)
  • Ilmu Pegetahuan Alam (Natural Sciences)
Keempat bidang ini dapat dipandang sebagai kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh individu siswa setelah lulus dari sekolah.
  1. C. Jenis-Jenis Kecerdasan
Howard Gardner (1983) mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu :
  • Kecerdasan bahasa
  • Kecerdasan matematis logis
  • Kecerdasan spasial
  • Kecerdasan kinestetis jasmani
  • Kecerdasan musikal
  • Kecerdasan interpersonal
  • Kecerdasan  intrapersonal
Terakhir, Gardner menambahkan satu kecerdasan lagi yaitu kecerdasan naturalis.
  1. 1. Kecerdasan Bahasa
Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks. Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu
  • Pengarang
  • Penyair
  • Wartawan
  • Pembicara
  • Pembaca berita
  1. 2. Kecerdasan Matematis/Logis
Kecerdasan logis matematis memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan hitungan, penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan melakukan  operasi matematis yang kompleks. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan matematis logis adalah ilmuwan, matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemrogram komputer
  1. 3. Kecerdasan Spasial
Orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah orang yang memiliki kapasitas dalam berfikir secara tiga  dimensi. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan spasial  adalah pelaut, pilot, pematung, pelukis daan arsitek. Kecerdasan spasial memungkinkan individu dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis.
  1. 4. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik tubuh adalahkecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap melakukan akt vfRtas fisik. Contoh-contoh orang yang memiliki kecerdasan kinestetik yaitu atlet, penari, ahli bedah, dan pengrajin.
  1. 5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Orang-orang yang memilki kecerdasan musikal yang baik antara lain ; komposer, konduktor, musisi, kritikus musik, pembuat instrumen dan orang-orang sensitif terhadap unsur suara.
  1. 6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi secara fektif dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal akan dapat dilihat dari beberapa oranng seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor, politisi. Saat ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal merupakan salah satu faktor yang sangat kesuksesan seseorang.
  1. 7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan mengarahkan orang lain.
  1. 8. Kecerdasan Naturalis
Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki kecerdasan ini.
Gardner juga mengelompokkan ketujuh kecerdasan manusia menjadi tiga kelompok yaitu:
  • Kelompok kecerdasan yang terkait dengan objek (object related) noleh objek yang dihadapi.
  • Kelompok  kecerdasan bebas objek (object free) yaitu kelompok kecerdasan yang tidak dipengaruhi oleh objek, tapi dipengaruhi  oleh sistem bahasa dan musik yang didengar.
  • Kelompok kecerdasan yang dipengaruhi hubungan dengan orang lain (person related) yaitu kelompok yang bertalian dengan interksi dengan orang lain.
  1. D. Kegiatan untuk Meningkatkan Kecerdasan Ganda
Sejumlah cara atau metode dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan – kemampuan individu. Setiap metode digunakan untuk meningkatkan jenis  kecerdasan yang spesifik yaitu:
  • Meningkatkan kecerdasan bahasa dapat dilakukana dengan cara mengadakan permainan merangkai kata, buatlah buku harian atau usahakan untuk menulis tentang apa saja yang ada dalam pikiran setiap harinya sebanyak 250 kata, dan sediakan waktu untuk bercerita secara teratur dengan keluarga atau sahabat.
  • Cara untuk meningkatkan kecerdasan spasial yaitu  seringlah berlatih permainan gambar tiga dimensi, puzzle, kubus, dan teka-teki visual lainnya, dekorasi ulang interior dan taman rumah, buatlah struktur benda dengan logo, atau bahan mainan tiga dimensi lainnya.
  • Meningkatkan kecerdasan matematis logis dapat dilakukan dengan cara berlatih menghitung soal-soal matematika sederhana di kepala ( berapa 21 X 40 dalam 5 detik), pelajari cara menggunakan sempoa, sering-seringlah mengisi teka-teki silang/asah otak lainnya.
  • Kecerdasan musikal dapat dilatih  dengan cara mengunjungi konser atau pertunjukan musik, bernyanyilah di kamar mandi atau di manapun yang memungkinkan untuk bersenandung, luangkan waktu selama satu jam setiap minggu untuk mendengarkan gaya musik yang tidak dikenal akrab (western, jazz, country, world music ,dll).
  • Meningkatkan kecerdasan kinestetik dapat dilakukan dengan carai bergabung dan berlatih berdsama dengan klub olahraga di lingkungan, pelajarilah kegiatan dansa, kumpulkanlah berbagai  macam benda yang memiliki beragam tekstur dan bentuknya khas, cobalah  kenali benda-benda tersebut dengan mata tertutup.
  • Cara atau metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal yaitu: belilah kotak kartu nama, penuhi dengan nama kontak bisnis, teman, kenalan, kerabat, dan orang lain, serta tetaplah menjalin hubungan dengan mereka; luangkan waktu selama 15 menit setiap hari untuk mempraktekkan mendengarkan secara aktif dengan pasangan hidup atau sahabat dekat; bekerjasamalah dengan satu orang atau lebih dalam sebuah proyek yang berdasarkan pada kesamaan minat (seni kain perca, pemain bass, penulisan artikel tentang pantai).
  • Meningkatkan kecerdasan intrapersonal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : pilihlah tokoh favorit yang positif, dan baca serta jadikan mereka sebagai kawan imajinasi dalam memecahkan suatu permasalahan yang membutuhkan waktu pemahaman yang dalam, lakukanlah sesuatu yang menyenangkan diri sekurang-kurangnya sekali sehari, luangkan waktu sekitar sepuluh menit setiap sore hari untuk meninjau kembali secara mental berbagai macam perasaan dan gagasan yang dialami.
  • Metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan naturalis antara lain  peliharalah hewan favorit, tingkatkan frekuensi melihat acara-acara mengenai program flora dan fauna, (ini yang paling mudah) cobalah untuk menahan dari untuk tidak merusak  lingkungan, seperti mencorat-coret meja, menginjak rumput kantor, memetik bunga yang sedang tumbuh.

MATERI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN "TEKNIK PENGELOLAAN KELAS"

Dalam salah satu tulisannya Raka Joni mengupas tentang pengelolaan kelas. Menurutnya pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai guru. Pengelolaan kelas berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.
Terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu :
1. Masalah Individual :
  • Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
  • Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan)
  • Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
  • Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.
2. Masalah Kelompok :
  • Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
  • Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
  • Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.
  • “Membombong” anggota kelas yang melanggar norma kelompok.
  • Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
  • Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
Behavior – Modification Approach (Behaviorism Apparoach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan “buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasiperilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru.
Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik – guru dan atau peserta didik – peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik.
Dalam hal ini, Carl A. Rogers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru (realness, genuiness, congruence); menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia (acceptance, prizing, caring, trust) dan mengerti dari sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatic understanding).
Sedangkan Haim C. Ginnot mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, guru berusaha untuk membicarakan situasi, bukan pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia lihat dan rasakan; serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif penyelesaian.
Hal senada dikemukakan William Glasser bahwa guru seyogyanya membantu mengarahkan peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi; menganalisis dan menilai masalah; menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan peserta didik agar committed terhadap rencana yang telah dibuat; memupuk keberanian menanggung akibat “kurang menyenangkan”; serta membantu peserta didik membuat rencana penyelesaian baru yang lebih baik.
Sementara itu, Rudolf Draikurs mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process, dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul tanggung jawab; memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati tata aturan masyarakat.
Group Process Approach
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Richard A. Schmuck & Patricia A. Schmuck mengemukakan prinsip – prinsip dalam penerapan pendekatan group proses, yaitu : (a) mutual expectations; (b) leadership; (c) attraction (pola persahabatan); (c) norm; (d) communication; (d) cohesiveness.

MATERI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN "HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN"

HAKEKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
 Pencapaian kompetensi oleh siswa di sekolah dasar sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dilakukannya. Proses belajar tersebut biasanya dikendalikan oleh guru berdasarkan kurikulum yang berlaku. Agar guru dapat membimbing siswa ke arah proses belajar dan pembelajaran yang tepat, maka guru mau tidak mau harus memiliki pemahaman yang baik mengenai konsep belajar itu sendiri dan beberapa teori-teori belajar yang ada saat ini.
Dalam bahan belajar mandiri (BBM) ini, Anda akan diantarkan kepada suatu pemahaman mengenai konsep belajar dan pembelajaran, serta beberapa teori belajar secara lebih teoretis dan penerapannya dalam proses pembelajaran di sekolah dasar. Setelah mempelajari BBM ini, diharapkan Anda dapat memahami hakekat belajar dan pembelajaran di sekolah dasar, secara lebih khusus, Anda diharapkan dapat:
  1. membedakan konsep belajar dan pembelajaran
  2. Mengidentifikasi prinsip pembelajaran
  3. Membandingkan hakekat pembelajaran di kelas rendah dan kelas tinggi di sekolah dasar
Untuk membantu Anda dalam mempelajari BBM ini, ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini:
  1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan BBM ini sampai Anda memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari BBM ini.
  2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang dianggap baru.
  3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi BBM ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa lain atau dengan dosen Anda.
  4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet.
  5. Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dalam BBM dan melalui kegiatan diskusi dengan mahasiswa lainnya atau teman sejawat.
  6. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda sudah memahami dengan benar kandungan BBM ini.

MATERI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN "MOTIVASI BELAJAR"


Sebagai seorang guru, kita memiliki pelbagai tanggung jawab dan tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan profesi guru.Tugas utama dan terpenting yang menjadi tanggung jawab seorang guru adalah memajukan, merangsang dan membimbing pelajar dalam proses belajar. Segala usaha kearah itu harus dirancang dan dilaksanakan. Guru yang berkesan dalam menjalankan tugasnya adalah guru yang berjaya menjadikan pelajarnya bermotivasi dalam pelajaran. Oleh itu untuk keberkesanan dalam pengajaran, guru harus berusaha memahami makna motivasi belajar itu sendiri dan mengembangkan serta menggerakkan motivasi pemberlajaran pelajar itu ke tahap yang maksimum.

Guru dapat memahami motivasi belajar jika sewaktu mengajar dia dapat melaksanakan langkah-langkah seperti berikut:

1. Mengenal pasti tingkat kecerdasan para pelajar.
2. Melaksanakan teknik memotivasi pelajar.
3. Merumuskan tujuan belajar dan mengaitkan tujuan itu dengan keperluan dan minat pelajar.
4. Menerapkan kemahiran bertanya kepada pelajar.
5. Melaksanakan aktiviti pengajaran dengan urutan yang sistematik.
6. Melaksanakan penilaian diagnostik.
7. Melaksanakan komunikasi interpersonal.

Memotivasi pelajar merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pengajaran dan pembelajaran. Jika guru telah berjaya membangun motivasi pelajar semasa pengajaran dan pembelajaran bermakna guru itu telah berjaya mengajar. Namun pekerjaan ini tidaklah mudah. Memotivasi pelajar tidak hanya menggerakkan pelajar agar aktif dalam pelajaran, tetapi juga mengarahkan dan menjadikan pelajar terdorong untuk belajar secara terus menerus, walaupun dia berada di luar kelas ataupun setelah meninggalkan sekolah.

Untuk meyakinkan diri kita bahawa memotivasi pelajar dalam belajar merupakan tugas guru dan berkewajiban pula melaksanakannya, maka pendekatan Behavioristik perlu kita jadikan pedoman dalam mengajar. Para pakar Behavioristik mengemukakan bahawa motivasi ditentukan oleh persekitaran. Guru merupakan persekitaran yang sangat berperanan di dalam proses belajar. Oleh kerana itu, meningkatkan motivasi pelajar dalam pelajaran merupakan tugas yang sangat penting bagi guru.

Mengapa usaha memotivasi pelajar itu sangat penting bagi guru? Sesetengah guru mungkin beranggapan bahawa tugas mereka sebagai guru hanyalah mengajar sahaja, bukan menimbulkan minat pelajar terhadap apa yang mereka ajarkan. Guru-guru seperti ini menghabiskan masa mereka di dalam kelas semata-mata hanya untuk menuangkan bahan pelajaran kepada pelajar. Mereka tidak peduli sama ada isi pelajaran yang mereka ajarkan atau yang mereka terangkan itu dapat diterima oleh pelajar untuk dijadikan sebagai miliknya atau tidak. Mereka tidak memperhatikan apakah bahan yang mereka ajarkan itu bermanfaat dan mempengaruhi tingkah laku atau perkembangan pelajar ke arah yang positif. Guru-guru seperti ini tidak menyedari bahawa pelajar-pelajar yang tidak berminat tidak akan dapat menerima pelajaran dengan baik.

Pelajar yang tidak berminat terhadap apa yang diajarkan oleh guru tetapi dia diharuskan mempelajarinya, dapat menimbulkan suatu perasaan benci terhadap mata pelajaran itu, bahkan untuk selanjutnya pelajar itu tidak akan ingin pernah mempelajarinya. Di dalam kelas yang kita ajar mungkin kita akan mendengar pelajar berkata, "Saya tidak mampu belajar Bahasa Inggeris" atau "Saya tidak dapat belajar matematik." Jika kita teliti permasalahannya, bukan kerana kedua-dua mata pelajaran tersebut sukar atau tidak menyenangkan, tetapi kerana guru kedua-dua mata pelajaran itu tidak menggunakan strategi yang berkesan, sehingga pelajar tidak tertarik untuk mempelajarinya. Pelajar tidak bermotivasi, malahan merasakan mata pelajaran tersebut menjadi menyiksa mereka.

Guru seharusnya menggunakan masa yang banyak sewaktu mengajar untuk memotivasi pelajar-pelajarnya. Pelajar yang termotivasi dengan baik dalam pelajaran akan melakukan lebih banyak aktiviti dan lebih cepat belajar jika dibandingkan dengan pelajar yang kurang atau tidak termotivasi semasa belajar. Ini memandangkan, jika guru dapat membangunkan motivasi pelajar terhadap pelajaran yang diajar maka diharapkan pelajar akan sentiasa meminati mata pelajaran tersebut.

Sesungguhnya usaha memotivasi pelajar dalam pendidikan adalah merupakan suatu proses (1) membimbing pelajar untuk memasuki pelbagai pengalaman yakni proses belajar sedang berlangsung; (2) proses menimbulkan semangat dan keaktifan pada diri pelajar sehingga dia benar-benar bersedia untuk belajar; dan (3) proses yang menyebabkan perhatian pelajar tertumpu kepada satu arah atau tujuan pada satu masa, iaitu tujuan belajar.

Situasi kelas yang pelajar-pelajarnya termotivasi dapat mempengaruhi sikap belajar dan tingkah laku pelajar. Pelajar yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang mereka kerjakan; menunjukkan ketekunan yang tinggi; variasi aktiviti belajar mereka pun akan lebih banyak. Di samping keterlibatan mereka dalam belajar lebih besar, mereka juga kurang menyukai tingkah laku yang negatif yang dapat menimbulkan masalah disiplin.

Oleh kerana itu, dalam upaya menjaga dan meningkatkan disiplin kelas maka motivasi pelajar mesti dipertimbangkan. Ini bermakna meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar merupakan suatu cara yang baik dalam menghindari tingkah laku pelajar yang negatif, kerana mereka terlibat aktif dalam belajar dan terangsang untuk belajar.

Sebenarnya tujuan jangka panjang dalam membangun dan mengembangkan motivasi pelajar dalam belajar adalah terbentuknya motivasi kendiri. Kita sebagai guru ingin agar pelajar selalu terdorong untuk mengembangkan minatnya untuk belajar walau di mana pun dia berada. Kita berharap agar pelajar-pelajar kita sentiasa ingin menimba pelbagai ilmu pengetahuan walaupun mereka telah lepas dari bimbingan kita. Tujuan pendidikan yang paling utama adalah untuk membangkitkan dalam diri pelajar suatu motivasi yang kuat dan terus menerus untuk belajar. Hal ini akan menjadi suatu kecenderungan dan kebiasaan dalam melakukan proses belajar selanjutnya.

Yang menjadi persoalan sekarang ialah bagaimana caranya kita semasa melakukan pelbagai usaha untuk membangun dan mengembangkan motivasi pelajar semasa belajar? Para pakar Humanistik, misalnya Carl Rogers, seorang pakar psikologi mengemukakan bahawa pada dasarnya di dalam diri setiap manusia ada keinginan yang sangat kuat untuk belajar yang bersifat semulajadi. Jadi, di dalam diri pelajar keinginan itu sudah ada. Guru hanya mengembangkan atau memupuk keinginan itu sehingga keinginan belajar itu dapat direalisasikan dalam bentuk prestasi yang maksimum. Para pakar Behavioristk pula, misalnya B.F. Skinner, seorang pakar pendidikan mengemukakan bahawa motivasi pelajar sangat ditentukan oleh persekitarannya. Pelajar akan termotivasi semasa belajar jika persekitaran belajar dapat memberikan rangsangan sehingga pelajar tertarik untuk belajar. Guru harus mengatur persekitaran atau suasana belajar secara bijaksana sehingga pelajar termotivasi untuk belajar.

Dalam proses mengajar dan belajar, guru dituntut memiliki pelbagai pengetahuan dan pemahaman yang bermanfaat untuk menimbulkan dan meningkatkan motivasi pelajarnya semasa belajar, sehingga proses belajar yang dibimbingnya berjaya secara optimal. Oleh kerana itu, guru perlu memahami dan menghayati serta menerapkan pelbagai prinsip dan teknik-teknik untuk membangkitkan dan meningkatkan motivasi pelajar dalam pembelajaran. Memang banyak sekali prinsip dan teknik yang berbeza-beza yang perlu diketahui oleh guru, kerana di dalam usaha memotivasi pelajar sesungguhnya tidak hanya satu prinsip dan teknik yang paling mujarab dipakai untuk semua pelajar, sepanjang masa, dan untuk semua situasi. Berbeza mata pelajaran, berbeza keperibadian pelajar, dan berbeza keperibadian guru menuntut perbezaan prinsip dan teknik yang dipakai dalam memotivasi pelajar. Oleh kerana itu, perbezaan mata pelajaran, keperibadian pelajar dan keperibadian guru harus dipertimbangkan dalam memilih prinsip-prinsip dan teknik-teknik yang akan dipakai dalam memotivasi pelajar.

Di dalam kelas yang pelajar-pelajarnya terdiri dari kelompok yang memiliki kemampuan yang sama namun berbeza keperibadian dan minat, variasi prinsip-prinsip dan teknik-teknik yang dipakai akan lebih banyak. Di dalam kelas mungkin kita akan menemui beberapa orang pelajar yang mampu memotivasi dirinya sendiri. Pelajar-pelajar seperti ini tidak banyak memerlukan pertolongan dari guru untuk merangsang minat mereka dalam belajar, kerana mereka mampu mendorong diri mereka sendiri. Kebanyakan pelajar akan mempunyai motivasi belajar jika kita menggunakan berbagai teknik untuk memotivasi mereka, namun ada pula sejumlah pelajar yang baru akan termotivasi jika kita melakukan usaha-usaha khusus bagi mereka. Oleh kerana itu kita sebagai guru hendaklah fleksibel dalam memakai berbagai pendekatan dalam merangsang minat pelajar dalam belajar, serta mampu menerapkan berbagai prinsip dan teknik yang berbeza sesuai dengan keperluan masing-masing pelajar .



Motivasi merupakan jantung-nya proses belajar. Oleh kerana motivasi begitu penting dalam proses pembelajaran, maka tugas guru yang pertama dan terpenting adalah membangkitkan atau membangun motivasi pelajar terhadap apa yang akan dipelajari oleh pelajar. Motivasi bukan sahaja menggerakkan tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Pelajar yang bermotivasi dalam pembelajaran akan menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran, tanpa banyak bergantung kepada guru.

Menurut para pakar motivasi terdapat dua jenis motivasi yang umum, iaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong yang murni berasal dari dalam diri individu, dan tujuan tindakan itu terlibat di dalam tindakan itu sendiri, bukan di luar tindakan tersebut. Berbeza dengan motivasi ekstrinsik, iaitu keinginan bertingkah laku sebagai akibat dari adanya rangsangan dari luar atau kerana adanya kekuasaan dari luar. Tujuan bertingkah laku pun tidak terlibat dalam tingkah laku itu sendiri, tetapi berada di luar tindakan tersebut.

Di dalam proses belajar, motivasi intrinsik lebih berkesan mendorong pelajar dalam belajar. Namun bukan bermakna bahawa motivasi ekstrinsik perlu dihindari sama sekali. Motivasi ekstrinsik dapat memancing timbulnya motivasi intrinsik. Banyak pelajar yang termotivasi secara ekstrinsik dapat berjaya dengan baik dalam belajar, seperti halnya dengan pelajar-pelajar yang termotivasi secara intrinsik, asalkan guru dapat membantu mereka dengan cara yang tepat sesuai dengan keperluan mereka. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam membangkitkan motivasi pelajar dalam belajar melalui pengembangan motivasi ekstrinsik, seperti memberikan penghargaan atau celaan, membangun persaingan, memberikan hadiah atau hukuman, dan memberi tahu kemajuan yang dicapai oleh pelajar. Masing-masing cara mempunyai kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahannya sendiri. Guru harus menentukan cara yang paling tepat sehingga berbagai kelemahan dapat dikurangi atau dihindarkan sama sekali, dan sebaliknya kekuatan-kekuatan yang ada dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya.


3. TEORI-TEORI TENTANG MOTIVASI

Menurut teori Keperluan, manusia termotivasi untuk bertingkah laku adalah kerana ingin memenuhi bermacam-macam keperluan seperti berikut:

1. Keperluan fizikal, iaitu meliputi keperluan makan, minum, seks atau kenikmatan dan keselamatan fizikal lainnya. Oleh kerana itu sekolah hendaknya menyediakan persekitaran yang menimbulkan kenikmatan, keamanan secara fizikal bagi para pelajar, sehingga mereka merasa senang dan nyaman dalam belajar.
2. Keperluan emosional, iaitu meliputi keperluan untuk mencapai prestasi dan harga diri. Ini dijadikan dorongan yang memotivasi dalam belajar dengan cara melibatkan pelajar dalam menentukan tujuan dan aktiviti untuk mencapai tujuan belajar. Aktiviti belajar hendaklah benar-benar bermanfaat bagi pelajar. Tugas-tugas belajar hendaklah cukup mencabar pelajar untuk berusaha secara maksimum, tidak terlalu mudah dan tidak pula terlalu sukar. Urutan-urutan aktiviti belajar hendaklah diatur sedemikian rupa sehingga pelajar benar-benar dapat berhasil dalam belajar, sekalipun dia adalah pelajar yang lembab. Dalam hal ini guru memperlakukan pelajar dengan penuh manusiawi dan menhormati serta menghargai mereka.
3. Keperluan kognitif, iaitu meliputi keperluan untuk berhasil menciptakan atau memecahkan suatu suasana konflik atau hal-hal yang saling bertentangan dan keperluan untuk mendapatkan rangsangan. Untuk itu guru perlu memberi tahu pelajar tentang tujuan pelajaran sehingga mereka mengetahui keberhasilan yang bagaimana yang diharapkan untuk mereka capai. Berbagai macam cara penyajian dapat dilaksanakan, seperti melalui teka-teki, pertanyaan yang mengundang perdebatan atau berbagai pendapat untuk menjawabnya, memunculkan pandangan-pandangan yang berlawanan atau berbeza atau aneh sehingga pelajar-pelajar terangsang untuk berfikir dan membahasnya. Menyediakan rangsangan dengan memberikan maklumat baru dan berkualiti melalui ceramah, demonstrasi dan perbincangan.

Abraham Maslow, seorang pakar motivasi terkenal dan pencipta teori keperluan mengemukakan suatu hubungan hirarki di antara pelbagai keperluan. Menurutnya jika keperluan pertama terpuaskan atau terpenuhi, maka keperluan kedua dirasakan oleh individu sangat penting untuk dipuaskan. Demikian seterusnya sampai keperluan yang paling tinggi, iaitu keperluan aktualisasi diri.

Para pakar Humanistik menitik-beratkan pentingnya motivasi dari dalam diri sendiri (self-motivation). Mereka menganjurkan agar guru-guru mendorong berkembangnya rasa ingin tahu dan minat semulajadi pelajar dalam belajar. Para pakar Behavioristik pula menekankan pentingnya persekitaran dalam menciptakan kondisi yang memotivasi pelajar. Mereka menganjurkan agar guru mengaitkan belajar dengan rangsangan yang menimbulkan perasaan senang dan membentuk tingkah laku pelajar melalui pemberian hadiah atau berbagai penguatan lainnya.


4. MOTIVASI DI DALAM KELAS

Dengan memahami teori-teori yang termasyhur tentang motivasi, maka guru dapat mengembangkan lapan (8) jenis motivasi di dalam kelas, iaitu: (1) motivasi tugas; (2) motivasi aspirasi; (3) motivasi persaingan; (4) motivasi afiliasi; (5) motivasi kecemasan; (6) motivasi menghindar; (7) motivasi penguatan; dan (8) motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri.

Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan oleh tugas-tugas yang ditetapkan sama ada oleh guru, murid sendiri, mahupun yang dirancangkan oleh guru dan murid secara bersama-sama. Pelajar yang memiliki motivasi tugas memperlihatkan keterlibatan dan ketekunan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Motivasi tugas hendaklah dibangun di dalam diri pelajar dan ini dapat dilakukan oleh guru kalau dia mengetahui cara-caranya.
Motivasi aspirasi yang tinggi tumbuh dengan subur kalau pelajar memiliki perasaan sukses. Perasaan gagal dapat menghancurkan aspirasi pelajar dalam belajar. Oleh kerana itu guru jangan menjadikan pelajar selalu gagal, walaupun ini bukan bermakna guru harus menjadikan pelajar sukses terus menerus. Suatu konsep yang harus ditanam oleh guru kepada pelajar agar ia memiliki aspirasi yang tinggi adalah bahawa kesuksesan atau kegagalan ditentukan oleh 'usaha', bukan oleh kemampuan atau kecerdasan.

Persaingan yang sihat dapat menjadi motivasi yang kuat dalam belajar. Namun memupuk rasa persaingan yang berlebih-lebihan, di kalangan pelajar dalam belajar dapat menimbulkan persaingan yang tidak sihat, kerana pelajar bukan menjadi giat belajar, tetapi dengan berbagai cara berusaha mengalahkan pelajar lain untuk mendapatkan status. Membangun persaingan dengan diri sendiri pada setiap pelajar akan menimbulkan motivasi persaingan yang sihat dan berkesan dalam belajar.

Motivasi afiliasi adalah dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya, kerana ingin diterima dan diakui oleh orang lain. Pelajar-pelajar yang masih kecil berusaha meningkatkan usaha dan prestasi dalam belajar agar dia dapat diterima dan diakui oleh orang dewasa, iaitu guru dan ibu bapanya. Namun para remaja lebih terdorong belajar untuk mendapatkan penerimaan dan perakuan dari rakan sebaya. Oleh kerana itu, guru-guru yang mengajar pelajar-pelajar yang masih kecil hendaknya memberikan perhatian dan penghargaan yang penuh terhadap peningkatan usaha dan hasil belajar yang ditampilkan oleh pelajar. Bagi pelajar remaja, guru hendaknya dapat memanfaatkan kelompok untuk meningkatkan usaha dan prestasi belajar ahli kelompok.

Kecemasan dapat mendorong usaha dan hasil belajar. Tetapi kecemasan yang berlebihan dapat menurunkan keghairahan dan hasil belajar. Pelajar yang telah memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar jika mengalami kecemasan dapat menurunkan motivasinya itu. Demikian juga dengan pelajar-pelajar yang memiliki kecerdasan (IQ) rendah kalau mengalami kecemasan menyebabkan usaha dan hasil belajar mereka menjadi bertambah merosot. Tetapi kecemasan sangat berkesan untuk meningkatkan usaha dan hasil belajar pelajar yang bermotivasi rendah dan yang memiliki kecerdasan tinggi.

Motivasi penguatan dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan belajar murid, memberikan komentar pada setiap kertas tugas, ujian dan peperiksaan pelajar dan memberikan penghargaan. Guru hendaklah menjauhi pemahaman bahawa pemberian angka sebagai sumber utama untuk menimbulkan motivasi penguatan, kerana menitik-beratkan pemberian angka dalam memotivasi pelajar dapat menimbulkan persaingan yang tidak sihat dan akan menimbulkan kecemasan di dalam kelas.

Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri sangat berkesan dalam meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar. Pelajar-pelajar ini menunjukkan tingkah laku yang mandiri dalam belajar dan mempunyai sistem nilai yang baik yang melatar-belakangi tingkah laku mereka itu. Pembentukan sistem nilai-nilai yang menjadi tanggung jawab guru pada setiap pelajar, sehingga pelajar-pelajar memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri adalah sangat penting. Bagi pelajar-pelajar yang telah memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri, guru hanya perlu memberikan pelayanan yang sesuai dengan tuntutan aktiviti belajar mereka.


5. MOTIVASI DAN ASPEK-ASPEK PENGAJARAN

Aspek-aspek yang terlibat dalam pengajaran yang meliputi sikap guru, kaedah pengajaran, bahan pelajaran, media pengajaran dan penilaian hasil pengajaran sangat mempengaruhi minat dan keghairahan pelajar dalam belajar.

Sikap atau tingkah laku guru dijadikan model oleh pelajar-pelajarnya. Pelajar-pelajar meniru sikap atau tingkah laku guru, sama ada yang pantas mahupun yang buruk. Gaya guru dalam memimpin kelas juga mempengaruhi suasana kelas dan kegiatan pelajar dalam belajar. Guru yang memberi semangat kepada pelajar dengan menekankan bahawa semua pelajar dapat berhasil dalam belajar, asal berusaha keras, rajin, tekun dan tidak mengenal putus asa, akan menimbulkan semangat pelajar untuk belajar. Mereka tidak takut untuk salah dalam belajar, kerana mereka yakin jika salah, mereka boleh berusaha lagi untuk memperoleh yang benar. Guru seperti ini mengembangkan standard (tingkat kualiti) kesuksesan yang disebut "Multidimensional Classroom". Berbeza dengan gaya guru yang mengembangkan standar kesuksesan "Unidimensional Classroom", yang menekankan bahawa kesuksesan hanya dapat diraih oleh pelajar yang mempunyai potensi inteligensi tinggi atau pelajar yang cerdas. Pelajar-pelajar yang dianggap guru kurang berpotensi inteligensi tinggi atau kurang cerdas, tidak bersemangat untuk belajar dan merasa diri mereka tidak mampu untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar. Gaya guru dalam memimpin kelas seperti ini buruk pengaruhnya terhadap suasana kelas dan motivasi pelajar.

Tingkah laku pelajar dalam belajar dapat pula mempengaruhi keberkesanan pengajaran. Kalau tingkah laku pelajar positif maka guru-guru cenderung menampilkan pengajaran yang berkesan, dan jika tingkah laku pelajar negatif maka guru-guru cenderung untuk menampilkan pengajaran yang kurang berkesan. Ada di antara guru-guru yang memberikan pelayanan yang tidak sama terhadap pelajar-pelajar yang berbeza status sosial-ekonomi, berbeza jenis kelamin, berbeza kebudayaan dan berbeza prestasi belajarnya. Tentu sahaja cara ini tidak sesuai dengan idea pendidikan yang sebenarnya.

Kaedah mengajar yang dapat mengghairahkan dan meraih minat pelajar untuk belajar adalah memungkinkan pelajar terlibat secara aktif dalam belajar. Berbagai model mengajar yang dikembangkan oleh Bruce Joyce dan Marsha, memungkinkan keterlibatan pelajar yang maksimum dalam belajar. Model-model kaedah mengajar ini menuntut keaktifan pelajar sesuai dengan taraf perkembangan masing-masing pelajar. Pada taraf perkembangan pelajar yang tertinggi diharapkan pelajar-pelajar dapat belajar mandiri; melakukan kegiatan belajar tanpa tergantung banyak terhadap guru.

Bahan pengajaran sangat penting peranannya dalam meningkatkan motivasi pelajar dalam proses pembelajaran. Guru harus mengenal faktor-faktor yang harus dikembangkan dalam memilih bahan pelajaran. Di samping itu guru juga harus mahir dalam mengelola bahan pengajaran sehingga menarik dan memudahkan pelajar untuk memahami bahan pengajaran tersebut.

Media pengajaran dapat berfungsi untuk mendorong murid belajar dengan minat dan keghairahan yang tinggi apabila media pengajaran itu dipilih dengan mempertimbangkan ciri-ciri pelajar, tujuan pengajaran, jenis bahan pengajaran itu sendiri dan bentuk penilaian pengajaran yang akan dilaksanakan. Untuk memilih media pengajaran yang baik maka guru perlu mengetahui langkah-langkah yang harus ditempuhnya.

Aspek pengajaran lainnya yang dapat mempengaruhi motivasi pelajar dalam belajar adalah pelaksanaan penilaian pengajaran. Penilaian pengajaran yang dapat meningkatkan aktiviti murid dalam belajar, adalah penilaian yang dapat memberitahu pelajar tentang kelemahan dan kekuatannya dalam belajar dan penilaian itu dirasakan oleh pelajar sebagai penggambaran yang benar tentang taraf penguasaannya dalam belajar. Penilaian hendaknya diikuti dengan tindak lanjut dari guru, iaitu membantu pelajar untuk meningkatkan taraf penguasaan belajar yang sempurna, sehingga pelajar dapat berprestasi lebih tinggi.


6. MOTIVASI DAN PERSEKITARAN

Persekitaran sekolah mahupun persekitaran rumah penting peranannya dalam meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar. Guru mahupun ibu bapa hendaknya dapat menciptakan persekitaran sekolah dan persekitaran rumah yang memungkinkan keghairahan dan minat murid belajar menjadi meningkat. Persekitaran fizikal sekolah, sama ada yang menyangkut pengaturan ruangan kelas mahupun pengaturan jumlah pelajar dalam satu kelas, hendaknya mempertimbangkan persyaratan fizikal mahupun psikologikal yang menunjang keberkesanan pelajar dalam belajar.

Situasi sosial dalam kelas hendaknya dapat menjamin perasaan aman dan tingginya kerjasama dikalangan pelajar dalam mencapai tujuan akademik.

Ibu bapa dapat menciptakan situasi fizikal mahupun psikologikal yang menyokong minat dan keghairahan anaknya dalam belajar. Penyediaan kesempatan yang diperlukan anak dalam belajar di rumah mahupun di luar sangat menunjang kesuksesan anak dalam belajar. Membina hubungan akrab dengan anak dan memberikan perhatian yang tinggi penting dan patut dilakukan oleh ibu bapa, kalau mahu anaknya berjaya dalam belajar.


7. TEKNIK-TEKNIK MEMOTIVASI MURID DALAM BELAJAR

Banyak teknik yang dapat dipergunakan guru untuk meningkatkan motivasi murid dalam belajar. Guru hendaknya selalu ingat betapa pentingnya memberikan alasan-alasan kepada pelajar mengapa mereka harus belajar dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk berprestasi sebaik-baiknya. Guru juga perlu menjelaskan kepada pelajar-pelajar apa yang diharapkan dari mereka selama dan sesudah proses belajar berlangsung. Lebih jauh, guru perlu mengusahakan agar pelajar-pelajar mengetahui tujuan jangka pendek dari pelajaran yang sedang diikutinya. Ingatlah bahawa ada cara-cara yang berkesan dan ada pula cara-cara yang tidak berkesan dalam memberikan penghargaan untuk meningkatkan kegiatan belajar, sikap terhadap belajar dan sikap terhadap diri sendiri murid, tetapi jangan lupa bahawa untuk pelajar-pelajar tertentu mungkin dapat merosak motivasi belajar mereka. Oleh kerana itu, anda sebagai guru harus berhati-hati dalam melaksanakan ujian dan memberikan angka atau markah kepada pelajar.

Cubalah guru melakukan sesuatu yang menimbulkan kekaguman kepada pelajar untuk merangsang perasaan ingin tahunya. Memang baik sekali untuk menimbulkan minat belajar, jika sekali-sekala guru memberikan aktiviti dengan memperkenalkan sesuatu yang baru bagi para pelajar. Berilah pelajar-pelajar kesempatan untuk mendapatkan penghargaan. Jadikan jangka masa belajar awal (permulaan) menjadi lebih mudah bagi pelajar dan usahakan agar semua pelajar mendapat kesempatan untuk merasa sukses. Tingkatkan motivasi pelajar dengan merangsang perasaan ingin tahu dengan cara memperkenalkan contoh-contoh yang khas dalam menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Doronglah pelajar untuk mempergunakan pengetahuan dan kemahiran serta pengalaman yang telah mereka pelajari dari bahan pelajaran sebelumnya untuk mempelajari bahan-bahan yang baru. Cubalah masukan unsur permainan dalam proses belajar untuk menarik minat dan memudahkan pemahaman pelajar terhadap bahan yang dipelajari. Doronglah pelajar anda untuk melaksanakan usaha-usaha penemuan atau berbagai percubaan (penyelidikan) untuk menemukan sesuatu yang belum pernah ada.

Guru haruslah berusaha untuk sedapat mungkin mengurangi persaingan di antara pelajar-pelajar dalam meningkatkan motivasi untuk mencapai prestasi akademik. Jauhilah perkara-perkara atau kejadian-kejadian yang dapat menimbulkan keengganan murid untuk belajar, sama ada yang merupakan ketidak-selesaan secara fizikal mahupun yang menyebabkan hilangnya harga diri pelajar. Jangan ada keinginan guru untuk menghukum pelajar dengan maksud agar pelajar akan belajar, tetapi sebaliknya berilah mereka penghargaan. Terakhir yang patut diperhatikan oleh guru dalam meningkatkan motivasi pelajar adalah bahawa guru hendaknya peka terhadap suasana atau iklim sosial sekolah dan benar-benar memahami bagaimana pengaruh iklim sosial itu terhadap nilai-nilai yang dipegang oleh para pelajar.

Guru hendaklah berhati-hati terhadap apa yang sedang berlangsung di dalam kelasnya dan mencuba merasakan apabila mengajar sesuatu topik dengan cara tertentu. Buatlah kumpulan pengalaman mengajar anda untuk dijadikan cermin dalam mengadakan perbaikan-perbaikan. Janganlah takut melakukan berbagai percubaan untuk menemukan cara yang terbaik dalam mengajar. Oleh kerana itu anda harus yakin akan pentingnya belajar melalui pengalaman. Jika suatu cara yang anda lakukan berjalan lancar, lakukan lagi; tetapi jika cara itu tidak atau sedikit sekali memotivasi murid dalam belajar, tinggalkan cara itu. Mengajar adalah suatu proses yang menuntut perbaikan secara cermat dan terus menerus.